Surabaya, Kampus Ursulin – Sanmaris. Jumat, 12 Desember, seluruh anggota Duta Literasi berkesempatan berkunjung ke Perpustakaan Kota Surabaya, disertai dengan kunjungan ke PISA (Pusat Informasi Sahabat Anak), Rumah Bahasa, dan Balai Pemuda. Bagi anggota Duta Literasi yang gemar membaca, perpustakaan selalu terasa seperti rumah ketiga, tempat kami menemukan keheningan dan sejenak memperluas wawasan serta imajinasi melalui berbagai buku yang tersedia. Seperti di Perpustakaan Kota Surabaya yang kami kunjungi yang terletak di Jl. Gubernur Suryo No.15, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Surabaya, yang juga menghadirkan suasana tenang, meski menjadi sumber literasi dan inspirasi bagi banyak Arek-Arek Suroboyo. Kunjungan anggota Duta Literasi tersebut bertujuan untuk pengembangan lingkungan perpustakaan sekolah, juga untuk memperluas wawasan mereka. Di sana, kami mempelajari sistem pengelolaan perpustakaan yang terpadu dan diperkenalkan dengan Rumah Bahasa, PISA, serta sejarah Balai Pemuda.

Saat kami dipersilakan untuk masuk ke dalam Perpustakaan pada jam 8 oleh Kak Mila, pemandu kami, kami langsung kagum dengan banyaknya rak buku dan berbagai klasifikasi sudut baca, didukung dengan arsitektur kontemporer modern khas bangunan utilitarian. Kak Mila menginformasikan bahwa di dalam perpustakaan, kami tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman untuk mencegah kerusakan buku. Sebelum memasuki perpustakaan, kami harus registrasi dengan menunjukkan kartu anggota perpustakaan dan meletakkan barang bawaan kami di samping loker yang telah tersedia.
Setelah registrasi dan meletakkan bawang bawaan, kami diperkenalkan dengan area front office, bagian penting perpustakaan yang mengatur sirkulasi peminjaman buku, pembuatan kartu anggota perpustakaan, dan pencarian buku dengan katalog online yang bisa diakses di https://sipus.surabaya.go.id/katalog. Di Perpustakaan Kota Surabaya, anggota perpustakaan hanya diperbolehkan meminjam maksimal 2 buku/orang, dengan batas peminjaman selama 1 minggu. Apabila anggota perpustakaan terlambat mengembalikan buku, maka akan diberi sanksi yaitu pemblokiran kartu anggota sementara.

Setelah diperkenalkan dengan area front office, kami dipandu ke beberapa bagian perpustakaan. Pertama, kak Mila menjelaskan tentang English Corner, sudut baca yang menyediakan buku berbahasa Inggris (buku yang tersedia tidak bisa dipinjam) untuk melatih kemampuan berbahasa Inggris. Selain itu ada juga beberapa sudut baca seperti Terdapat juga Korean Corner, sudut baca yang menyediakan buku - buku berbahasa Korea yang mengandung unsur budaya Korea dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk memperkenalkan budaya korea. Selain itu, terdapat BI Corner yang menyediakan buku - buku bidang ekonomi, keuangan, dan perbankan yang disumbangkan oleh Bank Indonesia. Yang terakhir adalah Australian Corner yang berisi buku - buku referensi pemberian dari lembaga asal Australia yang tidak boleh dipinjam.
Setelah kami melakukan tur keliling perpustakaan dipandu oleh Kak Mila, kami dipersilakan duduk di tempat yang telah disediakan. Kami diperkenalkan dengan beberapa mahasiswa UNS yang turut membantu kegiatan kunjungan serta administrasi perpustakaan, salah duanya adalah kak Windha dan kak Salsa yang mengajak kami bermain sebuah permainan. Kami diajak bermain permainan kata berantai dimana terdapat 3 kelompok dengan masing - masing kelompok diisi oleh 3 orang. Orang pertama harus membaca sambil menghafalkan kalimat yang dirancang rumit, contohnya “Kakatua kakak kakekku kenal kakak tua kakak kakekmu” dan sebagainya. Selain seru, permainan ini juga mengajarkan nilai hidup cinta dan belas kasih yang ditunjukkan ketika kami harus bekerja sama serta nilai totalitas ketika kami bekerja keras dalam menghafal seluruh isi kalimat.
Ketika permainan kata berantai berlalu, tibalah saatnya kami belajar tentang materi klasifikasi buku. Setiap buku milik perpustakaan diberi label yang menunjukkan identitas buku tersebut untuk memudahkan pencarian buku serta membuat perpustakaan lebih tertata. Label tersebut berisi kop instansi pemilik buku, nomor klasifikasi buku, singkatan penulis buku (inisial), dan huruf pertama pada judul buku. Di Dalam perpustakaan, buku digolongkan menjadi 10 jenis sesuai dengan isi buku tersebut. Klasifikasi 000, dengan nomor klasifikasi buku berkisar antara 000 - 099 berisi buku bidang teknologi, contohnya teknologi komputer, teknik, kelistrikan, dan sebagainya. Klasifikasi 100, dengan nomor klasifikasi buku berkisar antara 100 - 199 berisi buku bidang filsafat, contohnya Filsafat Metafisika, Epistemologi, Aksiologi, Etika, Estetika, Logika, Filsafat Pendidikan, dan Politik. Klasifikasi 200, dengan nomor klasifikasi buku berkisar antara 200 - 299 berisi buku bidang agama dan teologi, contohnya pembahasan keenam agama, Teologi Biblika, Teologi Sistematika, Teologi Praktika, dan Teologi Historika. Klasifikasi 300, dengan nomor klasifikasi buku berkisar antara 300 - 399 berisi buku bidang Sosial, contohnya Sosiologi, Psikologi, Ekonomi, Ilmu Politik, Antropologi, Sejarah, Geografi, dan Hukum. Klasifikasi 400, dengan nomor klasifikasi buku berkisar antara 400 - 499 berisi buku bidang bahasa, contohnya Fonetik/Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Semantik, Sosiolinguistik, Psikolinguistik, dan Linguistik Terapan. Klasifikasi 500, dengan nomor klasifikasi buku berkisar antara 500 - 599 berisi buku bidang MIPA, contohnya Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan Astronomi. Klasifikasi 600, dengan nomor klasifikasi buku berkisar antara 600 - 699 berisi buku bidang ilmu terapan, contohnya Kedokteran, Teknik (Sipil, Kimia, Elektro, Biomedis, Dirgantara), Ilmu Pangan, Arsitektur, Forensik, Farmakologi, dan Bioteknologi. Klasifikasi 700, dengan nomor klasifikasi buku berkisar antara 700 - 799 berisi buku bidang kesenian dan keterampilan, contohnya Seni Rupa (lukis, patung, grafis, kerajinan), Seni Pertunjukan (tari, musik, teater/drama, pewayangan, film), dan Seni Sastra (puisi, prosa, fiksi). Klasifikasi 800, dengan nomor klasifikasi buku berkisar antara 800 - 899 berisi buku bidang kesusastraan contohnya Prosa (novel, cerpen, roman, fabel), Puisi (syair, pantun, soneta), dan sebagainya. Klasifikasi 900, dengan nomor klasifikasi buku berkisar antara 900 - 999 berisi buku bidang biografi, geografi, sejarah, dan pariwisata. Setelah penjelasan, kami ditantang untuk mencari beberapa buku dengan berbagai klasifikasi yang telah ditentukan. Tim yang menang mendapatkan hadiah berupa berbagai snack. Setelah itu kami diberi kesempatan untuk mengelilingi perpustakaan sambil mencari buku yang menarik untuk dibaca dan dipinjam.

Setelah itu kami dipandu untuk mengunjungi PISA (Pusat Informasi Sahabat Anak). Pisa merupakan layanan informasi yang berfokus pada penyediaan informasi terintegrasi yang dibutuhkan oleh anak-anak. Informasi yang diberikan berupa Informasi Layak Anak (ILA) yaitu informasi yang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan terkait dengan perkembangan jiwa dan sosial anak mengikuti perkembangan usia dan kematangannya. Disana kami diajarkan sedikit mengenai BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) oleh salah satu pengajar disana bernama Kak Luki, seorang Tunarungu yang aktif mengajar BISINDO. Kami Diajarkan untuk memperkenalkan diri, berterima kasih, dan menyapa menggunakan bahasa isyarat. Informasi ini berguna untuk memudahkan kami berkomunikasi dengan teman - teman difabel di sekitar kami. Setelah itu kami dipandu ke Rumah Bahasa, lembaga pelatihan berbagai bahasa untuk Arek - Arek Suroboyo yang diresmikan oleh mantan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, pada tanggal 4 Februari 2014. Rumah Bahasa Surabaya menjadi tempat pelatihan bahasa dan komputer yang disediakan gratis oleh Pemkot Surabaya. Beberapa bahasa yang diajarkan di Rumah Bahasa Surabaya meliputi bahasa Jepang, Korea, Arab, Mandarin, Thailand, Tagalog, Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, dan bahasa Rusia untuk Arek - Arek Suroboyo serta kelas bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang diperuntukkan khusus bagi warga negara asing.
Setelah itu kami diajak berkenalan dengan balai pemuda. Gedung Balai Pemuda Surabaya dibangun sejak tahun 1907 oleh arsitek Belanda Westmaes. Dulunya gedung ini adalah pusat rekreasi milik perkumpulan “De Simpangsche Sociёteit” untuk orang Belanda berpesta ria, dansa, dan bermain bowling. Sekarang, gedung ini digunakan untuk untuk kegiatan-kegiatan sosial para pemuda dan pusat kegiatan apresiasi seni budaya. Gedung balai pemuda sering disewakan kepada masyarakat dengan berbagai tujuan, antara lain untuk Resepsi Pernikahan, Seminar, Pameran, Audisi Seni, Pagelaran Musik, dan sebagainya.
Dari kunjungan ke Perpustakaan Kota Surabaya, PISA (Pusat Informasi Sahabat Anak), Rumah Bahasa, dan Balai Pemuda, kami mendapat banyak pengetahuan baru tentang kota Surabaya. Kami mendapat kesadaran bahwa Arek - Arek Suroboyo memiliki sejarah panjang dari era kolonialisme yang harus di edukasikan ke muda mudi jaman sekarang. Kami juga mendapat pengetahuan baru tentang sistem pengelolaan pustaka. Kami juga belajar untuk memahami teman - teman tunanetra dengan belajar BISINDO yang mengajarkan nilai cinta dan belas kasih kepada kami.
Penulis: Benedikto Gigih Putra R., 9E/4