Surabaya, Kampus Ursulin—Sanmaris, Rabu, 2 November 2025, sebanyak 4 murid yaitu Timothy dan Tyler dari kelas 8D, Castiel dari kelas 8C, dan Eka dari kelas 8A mengunjungi 2 tempat sebagai pengganti tugas live in yaitu di Panti Asuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan Panti Wredha Yayasan Perkasih Bhakti Luhur di Kabupaten Sidoarjo dan Taman Bhineka (Nusantara Creative Centre) di Medokan Semampir. Mereka melakukan kegiatan pengganti live in ini karena harus mewakili sekolah dalam Lomba Basket antar sekolah pada kejuaraan Nextgen Student League. Kegiatan ini dapat membantu agar siswa bisa melakukan refleksi diri tentang anugerah yang telah dimiliki dan diberi oleh Tuhan Yesus dan untuk mempelajari keanekaragaman budaya-budaya yang terdapat pada Indonesia.

Saat tiba di tempat yang pertama yaitu Panti Asuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan Panti Wredha Yayasan Perkasih Bhakti Luhur, kami memberikan bingkisan tali kasih yang diterima langsung oleh Suster Catharina, ALMA selaku Suster Pimpinan Komunitas. Setelah itu, kami langsung diajak berkeliling dan menuju ke unit tempat kami masing-masing. Kami ditempatkan 1 unit 1 siswa dan tanpa alat komunikasi. Di sana kegiatan yang dilakukan adalah membantu pengelola, seperti bersih-bersih, menyuapi, dan banyak hal yang lain-lainnya. Selama di sana perasaan kami terharu karena melihat penghuni panti asuhan dan panti wredha yang memiliki keterbatasan fisik (difabel) dan juga ada yang mengidap beberapa penyakit genetik seperti down syndrome. Hal ini membuat kami merasa tersentuh dan terharu pada mereka sekaligus bersyukur atas apa yang kami miliki saat ini. Sekira pukul 13.00 WIB setelah menyempatkan berwawancara pula pada pengelola, kami meninggalkan tempat tersebut. Kami sangat bersyukur atas anugerahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus atas kesempatan ini. Sempat juga disampaikan bahwa tantangan terbesar yayasan ini adalah banyaknya pandangan bahwa panti asuhan sudah kaya dan banyak donaturnya sehingga tidak memerlukan perhatian dan bantuan lagi. Sebelum Suster Christina berpesan kepada kami bahwa selalu hendaknya tetap rendah hati dan bersyukur pada Tuhan atas segala yang dimiliki dan percayalah jika selalu berbuat baik, Tuhan akan selalu beri kemudahan.

Sebelum kami menuju ke tempat yang kedua yaitu Nusantara Creative Centre, kami makan siang bersama-sama. Tepat pk 14.00 WIB kami tiba di Taman Bhineka. Di sana kami mempelajari tentang penerapan nilai-nilai Pancasila, budaya, dan keberagaman kepercayaan. Di tempat ini, kami mempelajari budaya dan adat dari berbagai macam bentuk rumah adat beberapa daerah serta makna filosofisnya. Salah satu contoh rumah adat yang sangat berkesan adalah Honai yang merupakan rumah adat masyarakat Papua. Selain rumah adat, kami juga mempelajari tentang keberagaman tempat ibadah pemeluk agama Katolik, Kristen, Islam, Hindu, Buddha, dan pemeluk kepercayaan. Setelah melakukan pengamatan dan mengambil data di Taman Bhineka, kami mewawancarai pengelola yang ada disana dan kami mendapatkan penjelasan bahwa tantangan terberat saat ini yaitu mengedukasi generasi yang serba instan dan sangat bergantung pada gawainya. Dari kegiatan tersebut, makna positif yang kami dapatkan adalah menumbuhkan semangat nasionalisme sehingga kami lebih berempati dan memperkaya pengetahuan tentang Indonesia.

Melalui kegiatan ini, kami belajar menghargai dan belajar bahwa sebagai siswa dan masyarakat Indonesia harus tetap bersatu. Kami juga belajar bahwa manusia itu beragam kebutuhannya. Ada sebagian juga yang tidak seberuntung kami. Hal itu membuat kami lebih bersyukur atas anugerah Tuhan. Dari kegiatan ini kami mendapat nilai seperti cinta dan belas kasih, totalitas, semangat pelayanan, dan semangat persatuan, terutama saat pelayanan di Panti Asuhan Anak Berkebutuhan Khusus yang dapat menumbuhkan rasa empati dan cinta kepada sesama. Kami belajar pula agar selalu rendah hati dan tidak bersikap sombong terhadap kelebihan apa pun yang kami miliki saat ini.
Penulis :
Aloysius Eka Putra Kurniawan Tirtha,8A/4, Gregorius Castiel Wijaya, 8C/13, Timothy Angelo Lim, 8D/29, dan Tyler Nathaniel Wenas 8D/30