Surabaya, Kampus Ursulin– Sanmaris, Jumat-Minggu (24-26/10/2025) bertempat di Rumah Retret Bintang Kejora, Pacet, Mojokerto, diselenggarakan kegiatan retret gelombang ke-3 yang diikuti oleh tenaga pendidik dan kependidikan unit SD dan SMP Santa Maria Surabaya yang bertujuan mengajak peserta untuk menelusuri makna mendalam keteladanan Yesus dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan yang diwarnai dengan doa dan refleksi, spirit kebersamaan dan pelayanan. Retret ini bukan hanya sekadar kegiatan rutin, namun diharapkan dapat menumbuhkan semangat Santa Angela dan menghidupi kasih Tuhan.

“Bersama Santa Angela Merenungkan dan Menghidupi Kisah Hidup Yesus” merupakan tema retret yang mendasari dan menjiwai keseluruhan rangkaian acara di dalamnya. Dengan menghadirkan RD Stefanus Iswandi Prayidno, sebagai pembimbing dan pemateri utama, rangkaian acara retret pun dikemasnya dengan penuh pendalaman batin yang mengingatkan kembali kepada seluruh peserta untuk menghadapi segala sesuatu dalam perjalanan hidupnya dengan kelembutan dan kasih.
Pada sesi pertama, Romo Iswandi menanyakan perasaan kami saat sesampainya di rumah retret. Romo Iswandi pun menjelaskan kembali pentingnya retret bagi peserta yaitu suasana keheningan dan rehat dari rutinitas kita. Seperti mesin yang bekerja terus menerus akan cepat rusak apalagi manusia yang selalu terjebak dengan rutinitas yang sama setiap hari. Pendidik dan tenaga kependidikan selalu dituntut untuk memberikan air segar kepada murid namun terkadang kita kehabusan air tersebut. Kadang kita juga perlu suasana kening untuk merenungkan dan memahami nilai-nilai yang dianut dan mengembangkan ketahanan batin dalam menghadapi kompleksitas dunia modern. Sesi kedua, para peserta diajak untuk mengingat kembali kegembiraan dan syukur sebagai pendidik dan tenaga kependidikan. Romo Iswandi mengajak peserta untuk membuat jurnal rasa syukur yang merupakan sumber penghiburan. Rasa syukur merupakan momen refleksi seseorang untuk bersyukur karena pengalaman tak terjadi begitu saja tetapi layak diingat, direnungkan, dirayakan, dan kebaikannya terlihat oleh orang lain.

Duka dan kecemasan pendidik merupakan subtema pada sesi ketiga. Santo Ignatius mengajarkan orang untuk belajar dari pengalaman jatuh. Seringkali kita terjebak dalam jalan buntu tampaknya semua berakhir namun kenyataannya semua baru dimulai. Kalau sudah salah jalan maka berhentilah supaya lebih mudah diperbaiki. Romo Iswandi mengajarkan kepada peserta untuk melihat pengalaman kegagalan dari mata lebah yaitu selalu hinggap pada tempat yang indah. Kecemasan menjadi seorang pendidik ataupun tenaga kependidikan juga seringkali datang dari banyaknya tekanan yang harus kita hadapi mulai dari murid, orang tua murid, bahkan banyaknya tanggung jawab yang harus dijalankan.

Oleh karena itu, sampailah kita di sesi keempat saat semua peserta diberi penguatan untuk bersama-sama berjalan bersama Santa Angela yang mengajarkan untuk selalu melakukan suatu tindakan dengan kasih. Dalam retret kali ini, diajarkan bahwa tidak seorangpun bisa lepas dari tekanan hidup. Akan tetapi, Santa Angela hadir dengan nasihat-nasihatnya untuk mengajak dalam melayani dengan kerendahan hati dan kasih kepada murid, orang tua murid, maupun rekan kerja.
Dari retret tahun ini, semua peserta dapat belajar bahwa semua hal yang dikerjakan nantinya hanya bagi kemuliaan Tuhan. Kami percaya bahwa menjadi seorang pendidik atau tenaga kependidikan memang memiliki kecemasan tersendiri yang membuat seringkali mengalami kesulitan menjalankan tanggung jawab yang diberikan. Namun, yakinlah bahwa selalu ada kegembiraan di balik itu yang membuat tetap bertahan. Setelah retret ini, kami berharap di masa datang bisa menjadi pendidik dan tenaga kependidikan yang selalu siap melayani para murid serta orang tua murid dengan kasih, sukacita, dan semangat Santa Angela. Soli Deo Gloria
(Penulis: Pizgi dan Mara, Pendidik SMP Santa Maria Surabaya)