News &
Updates

News Image

Share

Maria Bunda Allah: Iman Menumbuhkan Keberanian
20 Mei 2025

Surabaya, Kampus Ursulin—Sanmaris, mungkin di antara kita pernah membaca atau pun mendengar Dogma (ajaran Gereja) tentang Maria yaitu Maria Bunda Allah yang ditetapkan dalam Konsili Efesus tahun 451. Dogma tersebut lahir dari peristiwa Maria yang melahirkan Yesus yang adalah Allah. Sebagai bunda Yesus Maria mengalami tantangan dan harus berkorban, namun imannya membuat ia berani menghadapi setiap kesulitan hidup.  Berdasarkan perjalanan hidup dan kisah suka duka Bunda Maria, sebuah film berjudul ”Mary, Mother of Jesus” (1999) dibuat dan dipersembahkan untuk menghormati dan menghargai jasa Bunda Maria sebagai Bunda Yesus, Sang Mesias.
Salah satu bentuk renungan dan refleksi untuk penghormatan dan penghargaan kepada Bunda Maria pun dilakukan oleh para siswa/siswi SMP Santa Maria Surabaya. Tepatnya pada tanggal 16 Mei 2025 beberapa waktu lalu,  mereka menonton bersama film ”Mary, Mother of Jesus”, yang sekaligus sebagai bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian Ibadat Rosario selama bulan Mei yang telah berjalan. Film tersebut menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang dialami Bunda Maria: situasi sosial ekonomi yang dialami bangsa Israel, kesediaan Maria menerima tugas dari Allah untuk menjadi Ibu Penyelamat, kesetiaannya untuk mengasuh dan mendidik Yesus, hingga keteguhan hatinya bersama Yesus dalam perjalanannya dari Galilea ke Yerusalem, bahkan sampai Yesus di salib. 
Hidup Maria bukanlah hidup yang mudah. Saat itu Israel di bawah kekuasaan Romawi, di mana masyarakat harus tunduk pada hukum asing, sementara orang Yahudi memiliki hukum sendiri. Mereka juga terbebani dengan pajak yang harus dibayar untuk pemerintahan Roma. Penindasan dan kehilangan kebebasan menyulitkan kehidupan sosial dan ekonomi bagi orang Israel.
Kitab Suci tidak banyak menceritakan tentang Maria, namun kata-kata yang sangat menentukan penyelamatan dunia keluar dari mulut Maria ketika Malaikat Gabriel menyampaikan pesan Tuhan bahwa Maria akan mengandung dan melahirkan seorang Putera: Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu. Ia berjanji bahwa bayi yang akan dikandungnya, akan pula ia jaga sampai bisa lahir di dunia. Maria memahami resiko dari kesediaannya mengandung dan melahirkan seorang anak padahal ia belum bersuami. Jika ada orang lain yang tahu, ia akan dilempari batu hingga mati, bahkan sebelum bayi yang dikandungnya bisa lahir. Masa sulit Maria mengalami puncaknya saat Ramalan Simeon tentang sebuah pedang akan menembus jiwa Maria dialaminya saat melihat putera yang dikasihinya diarak, diteriaki dan disalib digolongkan sebagai seorang penyamun.
Masa-masa sulit mulai situasi sosial ekonomi bangsanya, kehamilannya yang di luar kebiasaan, hingga menonton Putranya disalibkan, menjadi ujian bagi iman dan keberanian Maria. Ia tidak memilih untuk menyerah pada ketakutan atau keputusasaan. Sebaliknya, keberaniannya terpancar dari keteguhan hati dan kepercayaannya bahwa Allah mampu membawa kebaikan melalui penderitaan dan tantangan tersebut.
Makna dan nilai-nilai hidup yang dapat dipetik dari kisah Maria dalam film ”Mary, Mother of Jesus” adalah bahwa iman adalah sumber kekuatan terbesar dalam menghadapi kesulitan hidup. Keberanian Maria untuk menerima tugas dari Allah, meskipun penuh tantangan dan pengorbanan, mengajarkan kita bahwa kepercayaan kepada Tuhan dapat memberikan kekuatan untuk tetap berani dan penuh harapan. Bunda Maria mengajak kita untuk percaya bahwa dibalik setiap kesulitan ada rencana Allah yang indah. Dalam iman kita berani menghadapi tantangan dan kesulitan hidup kita. Kita percaya Allah tetap menyertai dan mempersiapkan jalan keluar, keberanian pun akan tumbuh dalam hati kita.


(Penulis: Sr. Angela Maria Siti Hasanah, OSU)